
Poncokusumo merupakan salah satu desa yang memiliki banyak kesenian dan tradisi. Mengenai kesenian dan tradisi, di zaman sekarang banyak orang yang tidak tahu kesenian dan tradisi apa yang di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Banyak kesenian dan tradisi yang tidak dilestarikan menjadikan peluang bagi daerah lain untuk mengklaim itu semua menjadi miliknya. Jadi, mari kita bersama-sama melestarikan kesenian dan tradisi di lingkungan kita!
Menurut Khoirul Anam, salah satu Warga Poncokusumo yang mendalami sejarah secara turun temurun:
”Kesenian yang ada di Desa Poncokusumo di antaranya kuda lumping, bantengan, dan banyak lagi yang lain. Tradisinya sendiri terdiri dari selametan desa, sepasar bayi, soyo/sayan.”
Kesenian yang Ada di Desa Poncokusumo
- Kuda Lumping
Kuda Lumping merupakan tarian tradisional Jawa, tarian ini menggunakan properti dari anyaman bambu yang menyerupai kuda. Kuda lumping atau biasa masyarakat Poncokusumo menyebutnya jaran kepang itu tidak hanya ada di sini melainkan di seluruh Pulau Jawa. Kelestarian dari kuda lumping ini sangat terjaga karena banyaknya peminat dari masyarakat itu sendiri. - Bantengan
Bantengan merupakan tarian tradisional dari Jawa Timur, tarian ini mengikuti gerakan banteng dengan menggunakan kostum banteng dan dilakukan oleh dua orang dalam setiap satu kostum banteng. Sama dengan kuda lumping, bantengan masih sangat dilestarikan di Desa Poncokusumo karena banyaknya peminat dari masyarakat.
Tradisi yang Ada di Desa Poncokusumo
- Selametan Desa
Selamatan Desa merupakan suatu upacara adat untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat. Biasanya dengan memberikan makanan sebagai bentuk rasa syukur tersebut untuk dimakan bersama dengan masyarakat desa. Makanan tersebut tidak hanya dari satu orang, tapi dari banyak orang yang kemudian dikumpulkan menjadi satu dan dimakan bersama. Bentuk rasa syukur tidak hanya berupa makanan melainkan ada juga yang berbentuk sesaji kepada danyang desa. - Sepasar Bayi
Sepasar Bayi merupakan tradisi penyambutan bagi bayi yang baru lahir. Umumnya tradisi ini dilaksanakan lima hari setelah bayi dilahirkan dengan mengundang tetangga sekitar untuk melakukan doa bersama. Tradisi memiliki hidangan wajib berupa nasi tumpeng, jajanan pasar, dan jenang abang putih, yang mana hidangan ini bukan sekedar hidangan namun hidangan ini memiliki lambang dan makna masing-masing. - Soyo/Sayan
Soyo/Sayan merupakan tradisi gotong royong dalam membangun salah satu rumah warga. Mereka mau karena didasari oleh azas saling tolong menolong. Dalam membantu membangun rumah salah satu warga, mereka tidak pernah mengharapkan imbalan atau upah sepeser pun.